Search Suggest

Ekonomi China Melambat, FTSE 100 Inggris Sentuh Rekor Baru

Ekonomi China melambat, FTSE 100 Inggris capai rekor tertinggi di tengah sentimen pasar positif.

 



Pasar global pada Jumat, 15 Agustus 2025, dipenuhi dengan dinamika yang kontras antara perlambatan ekonomi di Asia dan lonjakan bursa saham di Eropa. Di Tiongkok, data terbaru menunjukkan perlambatan signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi. Faktor utama penekanannya adalah berlanjutnya tarif impor dari Amerika Serikat terhadap berbagai komoditas dan produk manufaktur, yang mulai terasa dalam sektor ekspor, manufaktur, dan konsumsi domestik. Penurunan aktivitas pabrik, berkurangnya pesanan baru, serta ketidakpastian geopolitik telah menurunkan optimisme pasar di kawasan Asia.

Namun, di sisi lain dunia, kabar positif datang dari Inggris. Indeks FTSE 100 berhasil menyentuh rekor intraday tertinggi sepanjang sejarahnya. Lonjakan ini dipicu oleh kinerja positif sejumlah perusahaan besar di sektor keuangan, energi, dan teknologi. Investor memanfaatkan momentum ini untuk masuk kembali ke pasar ekuitas, terutama setelah laporan keuangan kuartal kedua menunjukkan hasil di atas ekspektasi.

Salah satu berita korporasi yang paling menarik perhatian adalah kenaikan harga saham Intel hingga lebih dari 7% setelah beredar kabar kemungkinan adanya investasi langsung dari pemerintah Amerika Serikat ke perusahaan tersebut. Dukungan ini diproyeksikan akan mempercepat pengembangan teknologi semikonduktor dan memperkuat posisi AS dalam persaingan teknologi global.

Tidak hanya itu, industri ritel juga menjadi sorotan, dengan merek fesyen Shein dilaporkan mencatat penjualan senilai lebih dari 2 miliar poundsterling di pasar Inggris. Sementara itu, Associated British Foods mengumumkan rencana akuisisi Hovis, produsen roti ternama di Inggris, sebagai langkah strategis memperluas portofolio bisnisnya di sektor makanan.

Di sektor energi, harga minyak dunia sedikit terkoreksi menjelang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska. Pertemuan tersebut dinilai berpotensi mempengaruhi kebijakan energi global, terutama dalam hal suplai minyak dan gas.

Sementara itu, Swiss menjadi salah satu negara yang terkena dampak langsung dari kebijakan tarif baru AS terhadap produk-produk tertentu. Tekanan ini diperkirakan dapat memengaruhi kinerja ekspor negara tersebut, meskipun pemerintah Swiss menyatakan tengah mencari strategi untuk mengimbangi efeknya.

Secara keseluruhan, meski ekonomi Tiongkok menunjukkan tanda-tanda pelemahan, sentimen investor global tampaknya tetap solid berkat kombinasi kinerja korporasi yang kuat dan optimisme terhadap perkembangan geopolitik. Kondisi ini menciptakan peta pasar yang penuh warna—di mana kelemahan di satu wilayah diimbangi dengan kekuatan di wilayah lain—menunjukkan betapa terhubungnya pasar dunia di era modern ini.

Posting Komentar