Gelombang panas ekstrem yang melanda kawasan Eropa dan Mediterania pada musim panas 2025 memicu rangkaian kebakaran hutan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Data sementara mencatat sedikitnya 25 orang meninggal dunia, puluhan lainnya mengalami luka bakar atau gangguan pernapasan, serta lebih dari 65.000 penduduk terpaksa mengungsi dari wilayah rawan api.
Dampak Terparah di Spanyol, Yunani, dan Turki
Spanyol bagian selatan menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak. Api dengan cepat menjalar di wilayah Andalusia hingga ke area pegunungan Sierra de Gredos yang kering. Ribuan rumah penduduk hangus, dan lahan pertanian zaitun yang menjadi sumber ekonomi utama juga ikut musnah.
Di Yunani, kebakaran mengancam kawasan wisata di pulau Rhodes dan Crete. Ribuan turis dievakuasi menggunakan kapal feri darurat. Pemerintah setempat menyatakan kondisi ini sebagai bencana nasional.
Sementara itu, Turki menghadapi situasi serupa di pesisir Laut Aegea. Kobaran api yang dipicu suhu lebih dari 45 derajat Celsius membuat beberapa jalur transportasi ditutup total.
440.000 Hektar Lahan Hilang
Menurut catatan lembaga lingkungan, luas hutan dan lahan yang terbakar sejak awal musim panas 2025 sudah mencapai hampir 440.000 hektar. Angka ini jauh melampaui rata-rata kebakaran tahunan dalam satu dekade terakhir. Banyak hutan lindung dan taman nasional yang kehilangan keanekaragaman hayati dalam hitungan hari. Hewan liar terjebak di area terbakar, memicu kekhawatiran akan hilangnya habitat alami dalam skala besar.
Dampak Ekonomi dan Kesehatan
Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai miliaran euro. Selain infrastruktur yang rusak, sektor pariwisata yang biasanya ramai pada musim panas terpaksa lumpuh. Hotel, restoran, hingga maskapai penerbangan harus menghentikan operasional di sejumlah destinasi favorit wisatawan.
Dari sisi kesehatan, ribuan warga menderita gangguan pernapasan akibat asap pekat yang menyelimuti kota-kota besar. Rumah sakit di Athena, Madrid, hingga Ankara melaporkan peningkatan jumlah pasien dengan gejala asma, iritasi mata, dan dehidrasi.
Tindakan Darurat dan Kerja Sama Regional
Pemerintah di negara-negara terdampak telah mengerahkan ribuan petugas pemadam kebakaran, dibantu oleh sukarelawan dan pasukan militer. Helikopter dan pesawat pemadam dikerahkan untuk menjatuhkan ribuan liter air dan bahan kimia penahan api ke wilayah perbukitan.
Uni Eropa juga mengaktifkan mekanisme solidaritas darurat, mengirimkan bantuan berupa tim pemadam internasional dari Prancis, Jerman, Italia, dan beberapa negara lain. Solidaritas ini diharapkan dapat mempercepat pemadaman api yang masih terus meluas.
Krisis Iklim sebagai Pemicu Utama
Para pakar iklim menegaskan bahwa gelombang panas ekstrem yang terjadi tahun ini memperparah risiko kebakaran hutan. Suhu yang melonjak tajam, kelembapan rendah, dan angin kencang menciptakan kombinasi ideal bagi penyebaran api.
Fenomena ini dianggap sebagai bukti nyata dampak perubahan iklim yang semakin sulit dikendalikan. Jika tren kenaikan suhu global tidak dihentikan, para ilmuwan memperkirakan kebakaran hutan semacam ini akan menjadi peristiwa rutin di setiap musim panas mendatang.
Harapan untuk Pemulihan
Meski situasi masih genting, masyarakat lokal menunjukkan ketangguhan dengan saling membantu satu sama lain. Banyak keluarga yang kehilangan rumah sementara ditampung di pusat evakuasi. Organisasi lingkungan internasional juga mulai menggalang dana untuk proses reboisasi dan pemulihan ekosistem.
Kejadian tragis ini sekaligus menjadi peringatan keras bagi dunia untuk lebih serius menangani isu iklim dan lingkungan. Tanpa langkah konkret dan kerja sama global, kebakaran besar di Eropa dan Mediterania tahun 2025 bisa menjadi gambaran suram masa depan yang akan semakin sering terjadi.