Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis, 14 Agustus 2025, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan perdagangan global. Indeks dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, turun 0,56% ke level 98,78. Pelemahan ini turut mendorong nilai tukar dolar AS di pasar spot Indonesia bergerak ke kisaran Rp 16.240 per dolar.
Akar Kekhawatiran dari Perdagangan Global
Penyebab utama tekanan terhadap dolar AS adalah meningkatnya ketidakpastian di sektor perdagangan internasional. Beberapa negara besar mulai menunjukkan sinyal kebijakan proteksionis yang berpotensi memperlambat arus perdagangan dunia. Ketegangan tarif, pembatasan ekspor, dan potensi perang dagang baru menjadi faktor yang membuat pelaku pasar bersikap lebih hati-hati.
Selain itu, data ekspor-impor dari beberapa negara mitra dagang utama AS menunjukkan penurunan yang signifikan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi global bisa melambat lebih cepat dari perkiraan, sehingga mengurangi permintaan terhadap dolar AS sebagai mata uang cadangan.
Dampak pada Imbal Hasil Obligasi
Pelemahan dolar AS tidak terjadi secara terpisah. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga tercatat menurun. Penurunan yield ini mencerminkan pergeseran minat investor yang mulai mencari aset aman (safe haven) seperti emas, yen Jepang, dan franc Swiss. Emas, misalnya, mengalami kenaikan harga harian tertinggi dalam dua pekan terakhir, menunjukkan adanya arus modal keluar dari dolar AS menuju komoditas berisiko rendah.
Efek pada Pasar Indonesia
Di pasar keuangan domestik, pelemahan dolar AS memberikan angin segar bagi rupiah. Meski belum menguat secara tajam, nilai tukar rupiah berhasil bergerak lebih stabil di kisaran Rp 16.200–Rp 16.250. Bank Indonesia disebut terus memantau perkembangan ini, terutama karena volatilitas nilai tukar yang tinggi dapat berdampak pada inflasi impor dan harga bahan bakar.
Para analis menilai, bila ketidakpastian perdagangan global terus berlanjut, rupiah berpotensi menguat lebih lanjut dalam jangka pendek. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa situasi ini bisa berubah cepat jika ada rilis data ekonomi AS yang lebih positif atau pernyataan hawkish dari Federal Reserve.
Outlook ke Depan
Ke depan, pelaku pasar akan fokus pada hasil pertemuan para menteri keuangan negara-negara G20 yang dijadwalkan pekan depan. Jika pertemuan ini menghasilkan kesepakatan untuk mengurangi hambatan perdagangan, dolar AS berpeluang rebound. Sebaliknya, jika ketegangan meningkat, dolar berpotensi melemah lebih dalam.
Situasi saat ini menjadi pengingat bahwa pasar valuta asing sangat sensitif terhadap dinamika geopolitik dan kebijakan perdagangan. Bagi investor dan pelaku bisnis, strategi lindung nilai (hedging) menjadi semakin penting untuk menghadapi ketidakpastian yang terus berubah.