Pasar saham Asia pada perdagangan Senin (11/8) dibuka menguat, didorong oleh laporan kinerja perusahaan teknologi yang solid dan sentimen positif di bursa global. Penguatan ini terjadi menjelang rilis data inflasi Amerika Serikat yang dinilai akan menjadi faktor penentu arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) dalam beberapa bulan ke depan.
Dukungan dari Kinerja Emiten Teknologi
Sektor teknologi menjadi motor penggerak utama penguatan bursa Asia. Perusahaan semikonduktor, manufaktur elektronik, dan perangkat lunak melaporkan hasil keuangan kuartalan yang melampaui ekspektasi analis. Kenaikan permintaan chip untuk kecerdasan buatan (AI) dan perangkat berteknologi tinggi mendorong sentimen beli di pasar Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan.
Di Taiwan, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) menjadi fokus utama investor setelah sahamnya naik signifikan. Lonjakan ini turut mendukung kenaikan indeks Taiex. Di Korea Selatan, meskipun ada tekanan dari pelemahan won, saham-saham besar seperti Samsung Electronics dan SK Hynix tetap bergerak positif.
Data Inflasi AS Jadi Sorotan
Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian pada data inflasi inti AS yang diperkirakan naik 0,3% secara bulanan. Angka tersebut, jika terkonfirmasi, dapat memperlambat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir tahun. Beberapa analis menilai, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan bisa memperkuat dolar AS dan memberi tekanan pada mata uang Asia, meskipun sektor saham tertentu masih berpotensi mencatatkan kenaikan.
Ketidakpastian Tarif AS–China
Selain inflasi, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China juga masih menjadi faktor yang membayangi. Pemerintahan AS menetapkan tenggat waktu baru untuk pemberlakuan tarif tambahan terhadap produk-produk asal China. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan gangguan rantai pasok global, terutama di sektor teknologi dan manufaktur.
Namun, beberapa pelaku pasar melihat peluang di tengah ketidakpastian tersebut. Investor jangka panjang menilai penurunan harga akibat sentimen negatif dapat dimanfaatkan untuk akumulasi saham unggulan.
Pandangan Ke Depan
Penguatan bursa Asia saat ini masih bergantung pada kombinasi faktor eksternal, mulai dari perkembangan ekonomi AS, dinamika kebijakan moneter global, hingga situasi geopolitik. Jika data inflasi AS menunjukkan tren melandai, peluang rebound yang lebih kuat di bursa Asia terbuka lebar. Namun, volatilitas tetap menjadi risiko utama bagi investor dalam beberapa pekan mendatang.