Search Suggest

Spekulasi Pergantian Ketua The Fed oleh Trump Guncang Pasar Global: Investor Antisipasi Kebijakan Moneter Lebih Longgar

Spekulasi bahwa Donald Trump akan mengganti Ketua The Fed jika terpilih kembali memicu gejolak di pasar global.

 



8 Agustus 2025 — Spekulasi terbaru dari Washington bahwa mantan Presiden AS Donald Trump akan menunjuk dua figur penting ke jajaran Federal Reserve (The Fed) telah memicu gejolak baru di pasar keuangan global. Berita ini mendorong perubahan ekspektasi investor terhadap arah kebijakan suku bunga dan berpotensi membawa perubahan besar dalam arah ekonomi global.

Trump Nominasi Dua Figur Ekonom Pro-Pelonggaran

Dalam sebuah pernyataan informal di sela kampanye pemilu presiden 2025, Trump disebut-sebut telah menetapkan dua nama yang akan ia dorong ke dalam jajaran The Fed bila ia kembali menjabat. Kedua nama itu adalah:

  • Stephen Miran, mantan penasihat di Departemen Keuangan AS, dikenal sebagai pendukung kebijakan moneter ekspansif dan pertumbuhan berbasis stimulus fiskal.

  • Christopher Waller, anggota Dewan Gubernur The Fed saat ini, yang dikabarkan akan didorong Trump untuk menggantikan Jerome Powell sebagai ketua bank sentral AS.

Meski belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih maupun kampanye Trump, laporan ini cukup untuk mengguncang pasar.

Dampak Langsung ke Pasar Saham dan Obligasi

Kabar ini langsung disambut positif oleh pasar saham, terutama di sektor teknologi dan properti yang sangat sensitif terhadap tingkat suku bunga. Indeks Nasdaq mengalami kenaikan sebesar 1,2% dalam perdagangan sesi awal, sementara sektor teknologi di S&P 500 menguat lebih dari 0,9%.

Di sisi lain, imbal hasil (yield) obligasi Treasury 10-tahun AS turun dari 4,11% ke 3,98%, mencerminkan harapan investor akan kebijakan suku bunga yang lebih rendah di masa mendatang.

Mengapa Pasar Merespons Begitu Cepat?

The Fed adalah institusi paling berpengaruh dalam perekonomian global. Setiap indikasi perubahan arah kebijakan—terutama soal suku bunga acuan dan likuiditas pasar—dapat mengubah arah aliran modal global. Penunjukan tokoh yang dikenal dovish (cenderung melonggarkan kebijakan) memberi harapan bahwa biaya pinjaman akan turun, mendorong konsumsi, investasi, dan valuasi saham.

Jika Miran dan Waller menduduki posisi penting, The Fed berpotensi:

  • Menurunkan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi saat ini.

  • Memperpanjang program pembelian aset atau menciptakan pelonggaran kuantitatif (QE) baru.

  • Mendorong inflasi target ke atas jika diperlukan demi mendukung pertumbuhan.

Kekhawatiran Akan Independensi The Fed

Meski kabar ini disambut baik oleh pasar saham, sejumlah ekonom memperingatkan bahwa dominasi politik dalam The Fed bisa merusak kredibilitas jangka panjang institusi ini. Sejumlah analis menyatakan kekhawatiran bahwa pengaruh Trump dapat mengubah peran The Fed dari lembaga independen menjadi alat politik.

"Kebijakan moneter yang terlalu dipolitisasi akan membuat pasar kehilangan kepercayaan terhadap stabilitas jangka panjang dolar AS dan obligasi pemerintah," ujar Lawrence Summers, mantan Menteri Keuangan AS.

Reaksi Global: Pasar Valas dan Komoditas Bergerak

  • Emas naik lebih dari 1,5% menuju level $2.060 per ons, mencerminkan minat terhadap aset safe haven jika pasar mulai mengantisipasi inflasi yang lebih tinggi.

  • Dolar AS sedikit melemah terhadap euro dan yen karena pasar memperkirakan penurunan suku bunga akan mengurangi daya tarik aset berbasis dolar.

Outlook ke Depan

Dengan pemilu AS yang tinggal tiga bulan lagi, arah kebijakan The Fed menjadi topik sentral dalam debat ekonomi. Jika Trump memenangkan pemilu dan menunjuk jajaran baru di The Fed, maka perubahan kebijakan moneter bisa terjadi secepat kuartal pertama 2026.

Investor disarankan untuk:

  • Mengawasi arah inflasi dan data tenaga kerja AS.

  • Menyesuaikan portofolio dengan sektor yang diuntungkan oleh suku bunga rendah.

  • Waspada terhadap volatilitas di pasar valas dan obligasi.


Kesimpulan:
Peluang pergantian ketua The Fed dan masuknya tokoh-tokoh pro-pelonggaran di tengah tensi politik pemilu AS menciptakan momentum bullish bagi pasar saham dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, risiko terhadap independensi bank sentral tetap menjadi sorotan utama.

Posting Komentar