Jakarta, 1 Agustus 2025 — Dolar Amerika Serikat (USD) menunjukkan tren penguatan moderat terhadap rupiah Indonesia (IDR) dalam kurun waktu 30 hingga 90 hari terakhir. Berdasarkan data dari beberapa platform keuangan terkemuka, termasuk Wise, TradingEconomics, dan Revolut, kurs USD/IDR mengalami kenaikan yang terbilang stabil meskipun sempat menunjukkan fluktuasi di tengah tekanan global dan dinamika domestik.
Kurs USD/IDR Naik Tipis, Tapi Konsisten
Per 1 Agustus 2025, nilai tukar 1 USD terhadap rupiah tercatat berada di kisaran Rp 16.490–Rp 16.505, tergantung platform yang digunakan. Dibandingkan dengan posisi sebulan lalu (awal Juli 2025), ketika nilai tukar masih berada di sekitar Rp 16.200–Rp 16.300, ini menunjukkan kenaikan yang cukup nyata, yakni sekitar +1,5% secara bulanan.
Menurut platform Wise, dalam 30 hari terakhir, rentang nilai tukar USD/IDR berada di antara Rp 16.185 (terendah) hingga Rp 16.490 (tertinggi). Rata-rata nilai tukar selama periode ini tercatat di angka Rp 16.274,73. Artinya, meskipun dolar menguat, pergerakannya masih dalam batas wajar dan belum menunjukkan lonjakan tajam seperti pada kuartal pertama tahun ini.
Tren 90 Hari: Volatilitas Lebih Tinggi, Tapi Rupiah Mulai Tahan Guncangan
Jika diperluas ke 90 hari terakhir, data menunjukkan pergerakan yang lebih liar. Pada awal Mei 2025, kurs USD/IDR sempat mendekati angka Rp 16.700, yang merupakan level tertinggi kuartal kedua. Namun sejak pertengahan Juni, rupiah mulai menunjukkan ketahanan terhadap penguatan dolar, seiring dengan membaiknya neraca perdagangan dan meningkatnya pasokan dolar dari hasil ekspor.
Rata-rata nilai tukar selama 90 hari berada di kisaran Rp 16.326, yang berarti masih lebih rendah dibanding posisi tertinggi di bulan Mei. Tren ini menunjukkan bahwa rupiah mulai mampu menahan tekanan dari faktor eksternal seperti suku bunga The Fed dan harga minyak dunia.
Faktor-Faktor yang Mendorong Pergerakan
Beberapa faktor penting yang memengaruhi pergerakan kurs USD/IDR selama sebulan terakhir antara lain:
-
Stabilitas Inflasi Domestik: Inflasi Indonesia yang berhasil dikendalikan di bawah 3% membuat Bank Indonesia (BI) memiliki ruang untuk menjaga stabilitas moneter tanpa harus menaikkan suku bunga terlalu agresif. Ini menjadi sentimen positif bagi rupiah.
-
Arus Devisa Ekspor Meningkat: Kewajiban penukaran devisa hasil ekspor (DHE) dalam negeri mendorong peningkatan pasokan dolar di pasar domestik. Hal ini secara langsung membantu memperkuat rupiah.
-
Kebijakan Suku Bunga The Fed: Di sisi lain, Federal Reserve Amerika Serikat tetap mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi. Ini membuat permintaan terhadap aset berbasis dolar meningkat, yang turut memperkuat USD secara global, termasuk terhadap IDR.
-
Ketidakpastian Geopolitik Global: Ketegangan di Laut China Selatan dan pemilu Amerika yang makin dekat menambah ketidakpastian pasar. Investor cenderung memilih dolar sebagai safe haven, yang meningkatkan permintaannya.
Outlook dan Prediksi Jangka Pendek
Melihat pola pergerakan selama sebulan terakhir, analis memperkirakan bahwa nilai tukar USD/IDR cenderung stabil dalam beberapa pekan ke depan, dengan potensi koreksi kecil jika arus modal asing masuk ke pasar domestik tetap tinggi. Namun, faktor eksternal seperti rilis data tenaga kerja AS atau keputusan suku bunga The Fed berikutnya bisa menjadi pemicu volatilitas mendadak.
Apa Arti Ini Bagi Masyarakat dan Pelaku Usaha?
-
Importir mungkin akan sedikit terbebani karena harga barang dari luar negeri (dalam USD) menjadi lebih mahal.
-
Eksportir diuntungkan karena pendapatan mereka dalam dolar memiliki nilai tukar lebih tinggi terhadap rupiah.
-
Traveler dan Mahasiswa di Luar Negeri sebaiknya mewaspadai fluktuasi ini untuk merencanakan pembelian valuta asing lebih cermat.
-
Investor bisa menjadikan data ini sebagai acuan dalam mengambil posisi di pasar valas atau saham berdenominasi dolar.
Kesimpulan
Pergerakan USD terhadap IDR selama 30 hingga 90 hari terakhir menunjukkan penguatan yang moderat namun konsisten. Meskipun belum ada lonjakan ekstrem, masyarakat dan pelaku usaha tetap perlu waspada terhadap kemungkinan perubahan mendadak akibat kondisi global yang belum sepenuhnya stabil. Untuk jangka pendek, rupiah diperkirakan masih bisa bertahan di kisaran Rp 16.400–Rp 16.600 per USD, tergantung seberapa kuat dukungan dari fundamental domestik.