Konferensi Perubahan Iklim COP30 yang berlangsung di Belém, Brasil, tahun ini menjadi salah satu titik penting dalam upaya global mengatasi pemanasan bumi. Di tengah berbagai agenda besar seperti fase-out bahan bakar fosil, pendanaan transisi energi, dan perlindungan ekosistem, salah satu isu yang kembali mencuri perhatian adalah emisi metana, sebuah gas rumah kaca yang sering kali luput dari sorotan, namun sebenarnya memiliki dampak sangat besar terhadap pemanasan global.
Dalam forum internasional ini, beberapa negara dan organisasi menyatakan komitmen untuk memangkas emisi metana. Namun, menurut banyak pengamat, kemajuan tersebut masih bersifat terbatas, baik dari sisi cakupan kebijakan maupun kekuatan regulasi. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengapa isu metana begitu penting, apa yang sebenarnya terjadi di COP30, dan apa saja tantangan serta peluang yang mungkin menentukan arah perjuangan global dalam menekan emisi gas berbahaya ini.
Mengapa Metana Sangat Penting dalam Perubahan Iklim
Metana adalah salah satu gas rumah kaca paling berbahaya yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Walau kadarnya jauh lebih sedikit dibandingkan karbon dioksida, metana memiliki daya pemanasan global 80 kali lebih kuat dalam kurun 20 tahun dan sekitar 30 kali lebih kuat dalam rentang 100 tahun. Artinya, walaupun masa hidupnya lebih pendek dibanding CO₂, dampaknya terhadap pemanasan bumi jauh lebih cepat dan kuat.
Sumber utama metana meliputi:
-
Industri minyak dan gas, terutama kebocoran pipa dan proses ekstraksi.
-
Pertanian, terutama dari fermentasi enterik pada ternak seperti sapi.
-
Pengelolaan limbah, baik limbah padat maupun cair.
-
Pertambangan, termasuk batubara.
Pepatah dalam dunia lingkungan sering menyebut bahwa “memotong metana adalah cara tercepat menahan pemanasan bumi.” Sebab, penurunan metana memberi efek hampir instan pada stabilisasi suhu global.
Namun, justru di sinilah masalahnya: pengurangan metana membutuhkan kebijakan yang tegas, pendanaan besar, dan pemantauan ketat. Hal-hal tersebut masih menjadi tantangan besar di COP30.
Hasil COP30: Komitmen Ada, Tapi Masih Sukarela
Salah satu poin penting dari COP30 mengenai metana adalah adanya kesepakatan awal untuk meningkatkan upaya pemantauan dan pengurangan emisi. Beberapa negara telah menyatakan komitmen yang berfokus pada:
-
Peningkatan sistem deteksi kebocoran metana.
-
Dukungan transisi menuju energi lebih bersih.
-
Pengetatan standar industri ekstraksi minyak dan gas.
-
Inovasi teknologi untuk pertanian beremisi rendah.
Meski begitu, mayoritas deklarasi yang dibuat masih bersifat sukarela. Tidak ada target wajib yang mengikat secara hukum, dan tidak ada konsekuensi konkret bagi negara atau perusahaan yang gagal menurunkan emisinya.
Sejumlah pengamat mengatakan bahwa deklarasi ini penting sebagai langkah awal, tetapi tidak cukup untuk mencegah pemanasan global melebihi batas 1.5°C. Banyak pula yang menilai bahwa tanpa regulasi yang tegas, janji-janji pengurangan emisi hanya akan menjadi “retorika hijau” tanpa implementasi nyata.
Tekanan Aktivis dan Komunitas Iklim
Selama COP30 berlangsung, pengunjuk rasa dan aktivis lingkungan memberikan tekanan kuat kepada para pemimpin dunia. Mereka menekankan bahwa dunia saat ini berada pada titik kritis dan setiap penundaan akan semakin memperburuk dampak perubahan iklim.
Kelompok ilmuwan dan aktivis menyampaikan tiga pesan utama:
-
Pengurangan metana tidak bisa ditunda lagi
Karena dampaknya yang cepat terhadap iklim, pengendalian metana harus menjadi prioritas, bukan isu tambahan. -
Negara-negara produsen minyak dan gas harus mengambil tanggung jawab penuh
Terutama negara dengan produksi energi besar yang berkontribusi signifikan pada kebocoran metana. -
Pendanaan global yang adil harus tersedia
Negara berkembang tidak boleh dibiarkan berjuang sendirian, terutama sektor pertanian yang sangat bergantung pada dukungan teknologi.
Tekanan ini membuat beberapa negara akhirnya memasukkan rencana pengurangan metana dalam agenda nasional masing-masing, meskipun komitmennya masih sangat bervariasi antar negara.
Kendala Utama: Teknologi, Keuangan, dan Politik Industri
Walaupun banyak pihak menyadari pentingnya pengurangan metana, implementasinya menghadapi berbagai kendala, seperti:
1. Biaya Pemantauan yang Tinggi
Untuk mendeteksi kebocoran metana, diperlukan teknologi canggih seperti satelit, sensor udara, dan drone pemindai inframerah. Tidak semua negara atau perusahaan mampu membiayai sistem ini.
2. Resistensi Industri Energi
Industri minyak dan gas, yang menjadi sumber metana terbesar, sering menolak pengetatan regulasi karena anggapan bahwa kebijakan tersebut meningkatkan biaya operasional.
3. Ketergantungan Negara pada Sektor Minyak dan Gas
Banyak negara masih mengandalkan pendapatan dari eksplorasi minyak dan gas. Pengurangan metana sering dianggap sebagai ancaman bagi ekonomi nasional mereka.
4. Minimnya Pendanaan Internasional
Meskipun beberapa negara maju menyatakan dukungan finansial, jumlahnya masih jauh dari kebutuhan global untuk riset, inovasi, dan implementasi teknologi rendah emisi.
Metana dalam Sektor Pertanian: Tantangan Terberat
Sektor pertanian – khususnya peternakan sapi – merupakan salah satu penyumbang emisi metana terbesar. Namun, mengurangi metana dari sektor ini jauh lebih rumit dibanding sektor energi.
Hal ini karena:
-
Petani sering tidak memiliki sumber daya untuk mengubah metode produksi.
-
Teknologi pengurangan metana pada ternak masih mahal dan belum tersedia luas.
-
Bila kebijakan terlalu ketat, petani kecil dapat sangat dirugikan.
Di COP30, banyak negara mendorong pendekatan bertahap melalui solusi seperti pakan ternak rendah emisi, bio-digester, dan peningkatan efisiensi produksi. Namun sekali lagi, semua ini membutuhkan pendanaan besar yang belum tentu tersedia.
Sisi Positif: Kesadaran Global Meningkat
Meskipun kemajuan dalam COP30 belum ideal, terdapat beberapa perkembangan positif yang patut diakui:
-
Lebih banyak negara terlibat dalam dialog metana dibanding konferensi-konferensi sebelumnya.
-
Teknologi deteksi metana berkembang pesat, sehingga pemantauan lebih mudah dan murah dalam beberapa tahun terakhir.
-
Sektor swasta mulai terlibat, terutama perusahaan energi yang menyadari bahwa metana yang bocor juga berarti hilangnya potensi keuntungan.
Perusahaan teknologi juga turut mengembangkan sistem pemantauan berbasis satelit yang dapat memberikan data real-time tentang kebocoran metana di seluruh dunia.
Arah Masa Depan: Apa yang Dibutuhkan?
Untuk memastikan dunia benar-benar bisa menahan laju pemanasan global, beberapa langkah strategis perlu dilakukan:
-
Regulasi yang Mengikat Secara Global
Tanpa aturan yang jelas, komitmen pengurangan metana akan terus bersifat opsional dan tidak efektif. -
Investasi Internasional dalam Penelitian dan Teknologi
Negara berkembang harus memperoleh akses pada teknologi penanganan metana dengan biaya terjangkau. -
Tekanan Publik yang Konsisten
Aktivis, komunitas ilmiah, dan masyarakat harus terus mendorong pemerintah untuk bergerak lebih cepat. -
Pendekatan Ekonomi yang Inovatif
Misalnya, memberikan kredit karbon khusus pengurangan metana atau insentif ekonomi bagi perusahaan yang berhasil mengurangi kebocoran.
Kesimpulan
COP30 menunjukkan bahwa dunia mulai semakin serius menangani isu metana, salah satu gas rumah kaca paling berbahaya dan berdampak cepat terhadap perubahan iklim. Namun, kemajuan yang dicapai masih terbatas, sebagian besar bersifat sukarela, dan belum cukup kuat untuk memastikan tujuan global tetap berada pada jalur aman.
Walaupun jalan menuju pengurangan emisi metana yang signifikan masih panjang, momentum global mulai terbentuk. Dengan dukungan teknologi, pendanaan memadai, dan komitmen politik yang lebih tegas, dunia masih memiliki peluang besar untuk mengendalikan gas super polutif ini dan memperlambat laju pemanasan bumi.